Menu Bar

Minggu, 13 Maret 2016

C.L.O.V.E.R


Kepalaku rasanya hampir pecah. Rasanya sungguh penuh sesak dengan segala pikiran yang ada didalamnya.Sungguh,
Aku menarik nafas dalam mencoba menikmati aroma laut yang selalu membuat emosi dan pikiranku lebih baik.

Sudah hampir 2 jam aku menghabiskan waktuku disini, beradu tanya dengan segala pikiranku.
Kurasa sisi kekanak-kanakan ku sedang datang melanda, apakah ini wajar? 
Aku memiliki banyak teman dan sahabat, namun menikmati waktu sendirian menjadi lebih baik bagiku, akupun tak tahu mengapa aku menjadi begitu introvert akhir-akhir ini.

Apakah aku tidak normal? 
Mengapa disaat anak-anak lain menikmati weekend dengan teman-teman mereka, aku justru lebih memilih mengerjakan hal lain dan berusaha membuat weekend ku menjadi produktif. 

Mengapa disaat anak-anak lain menghabiskan uang mereka dengan membeli board game, barang branded, pergi party, dan berwisata kesana kemari. Aku justru disini menyimpan uangku untuk segala rencana jangka pendek yang ada dipikiranku dan berusaha membangun bisnis yang kuimpikan sejak dulu. 

Mengapa disaat anak-anak lain menghabiskan waktu dengan orang tua mereka, aku disini hanya melihat kebahagiaan mereka, dan hanya bisa mendoakan orang tuaku yang telah ada jauh disana.

Mengapa disaat anak-anak lain menghabiskan waktu dengan pasangan mereka hari ini, aku mungkin hanya bisa menghabiskan waktu dengan Steve via Skype malam nanti karena perjalanan bisnisnya sampai akhir bulan ini.

Mengapa pikiranku begitu random hari ini. Akupun tidak tahu.

Aku mengamati cincin yang tersemat di jari manis ku,
Ya, aku akan menikah tahun ini, membangun masa depan yang selalu kuimpikan sejak dulu.
Menjalani kehidupan bersama orang yang sangat kucintai setiap harinya,
Menjalani kehidupan bersama orang yang juga selalu mencintaiku setiap harinya, yang selalu bertahan dengan kelabilan hatiku. 
Menjalani kehidupan dengan tidak ada kekhawatiran dari segi material, dan penuh damai. 

Kupandangi lagi cincin yang tersemat di jari manisku,
Rasanya sekujur tubuhku berhenti mengeluh, 
Kusadari egoku yang muncul karena masa laluku,
Yaa, sejak remaja aku terbiasa hidup sendirian, orang tuaku berpisah disaat aku mencapai usia jayaku sebagai perempuan. Dan aku tak tahu dimana mereka sekarang berada, bahkan bagaimana keadaan mereka akupun tidak tahu.
Yang diberikan padaku hanyalah rumah dan sejumlah uang yang hanya cukup untuk biaya pendidikan dan melanjutkan hidupku sementara waktu.
Sejak saat itu, sungguh, aku tidak mau mendapatkan pasangan hidup dari Barat sana. Aku bersumpah.
Aku memperhatikan hidupku sendiri, berusaha mencukupi kehidupanku sendiri, menjadi sesosok wanita yang kuat, anggun, dan cerdas.
Sejujurnya aku merindukan sosok orang tua dalam hidupku, yang bisa memperhatikan diriku.

Kupandangi lagi dan lagi cincin yang tersemat di jari manisku,
Kusadari ego ku yang tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh,
Ini baru hampir sebulan, dan mengapa aku telah menjadi serandom ini,
Harusnya aku bersyukur telah menemukan Cloverku.
Clover yang telah menungguku selama lebih dari satu windu,
Clover yang selalu berusaha bertahan dikala kondisi apapun.
Clover yang selalu mau berjuang dan berusaha bersama-sama.
Clover yang selalu terbuka atas segala kekuranganku.
Clover yang selalu bisa menjadi milik ku.

Aku mengambil smartphone ku dari saku mantel pastel ku,
Mengambil gambar pemandangan laut di depan ku,
Mengirim gambar tersebut 

"I'am sorry.
Thanks to be my Clover Steve. 
I love you. 
Come back soon dear.
- Cyrile"




NB : Cuplikan kisah diatas sepenuhnya adalah fiktif belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar